BUDIDAYA IKAN KOMET



PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
          Indonesia  yang  beriklim  tropis  memiliki  potensi  ikan  hias  mencapai  300 juta ekor/tahun dan  terdiri  atas  240 jenis ikan hias laut dan 226 jenis ikan hias air tawar  (Lingga  dan  Susanto,  2003).  Salah  satu    ikan  hias  air  tawar  yang  telah berhasil dibudidayakan adalah ikan Komet (Carassius auratus).
          Ikan  komet (Carassius auratus)  merupakan salah satu komoditas ikan hias air  tawar  yang  memiliki  corak  warna  yang  cerah  dan  memiliki  bentuk  yang menarik, karena memiliki bentuk tubuh mirip dengan ikan koki dan ikan koi.  Ikan komet  mempunyai  perbedaan  dengan  ikan  mas  koki    yaitu  ukuran  tubuh  ikan komet  yang  lebih kecil dari ikan  mas  koki  dan  terdapat  tonjolan daging (sungut) kecil di atas lubang hidungnya  serta memiliki  bentuk  ekor  seperti ikan mas koki dengan kombinasi warna kuning, jingga, emas, dan putih (Kottelat dkk, 1993) danIkan Komet (Carassius auratus) juga merupakan ikan hias yang banyak memiliki penggemar di Indonesia.
          Hal ini dapat dibuktikan dengan seringnya diadakan kontes komet dengan peserta yang boleh dibilang sangat banyak. Jenis ikan dengan telur diserakkan, ini merupakan yang terbanyak. Ikan ini menempatkan telurnya di sembarang tempat, bisa di tanaman air atau di jatuhkan begitu saja di dasar perairan. Mengingat potensi alam Indonesia yang cukup air maka budidaya ikan Komet mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan. Beberapa jenis ikan hias air tawar telah berhasil dibudidayakan, salah satunya adalah Ikan Komet (Carassius auratus)yang mempunyai banyak penggemar.
                        Hal ini dikarenakan ikan komet memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk dan gerakan yang menarik, dan dikenal sangat jinak karena dapat mudah hidup berdampingan dengan jenis ikan lain bila berada didalam satu tempat, karena sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, ikan ini dapat dipelihara di hampir semua tempat di dunia asal saja tempatnya bersih dan sehat. Ikan komet merupakan salah satu jenis ikan hias yang populer saat ini, keunggulan ikan komet adalah pada warna yang terdapat pada ikan tersebut yang bermacam-macam seperti putih, kuning, merah, atau perpaduan lain dari warna-warna tersebut. Hal inilah yang membuat ikan komet memiliki nilai daya jual yang tinggi, sehingga banyak orang yang berusaha memperoleh keuntungan yang tinggi.
          Budidaya ikan hias ini tidak sulit, modalnya kecil dan seluruh anggota pun bisa dilibatkan, tidak membutuhkan lahan yang luas, modal utamanya justru keterampilan atau teknik budidaya yang harus terus ditingkatkan.Pewarnaan ikan dilakukan dengan memasukan bahan pewarna kedalam pakan ikan budidaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas warna ikan yang bila tidak dilakukan akan menjadikan warna pudar pada ikan budidaya. Penambahan warna pada pakan ikan budidaya akan mengakibatkan adanya peningkatan pigmen warna pada tubuhnya selama masa pemeliharaan.

1.2       Tujuan
            Praktek Kerja Lapangan ini difokuskan dengan melakukan pemijahan terhadap ikan dengan tujuan sebagai berikut :
1.      Melakukan pemeliharaan Ikan Komet.
2.      Mengamati dan menghitung Ikan Komet.
3.      Memahami teknik pemijahan Ikan Komet secara tepat untuk meningkatkan produktivitas Ikan Komet secara maksimal.
4.      Mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan pemijahan Ikan. seperti pemilihan induk yang baik, persiapan kolam  pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva, manajemen pemberian  pakan dan pengelolaan kualitas air serta penanggulangan hama dan  penyakit.
5.      Mengetahui berbagai permasalahan yang muncul dalam kegiatan  pemijahan Ikan Komet.
1.3     Manfaat
          Adapun manfaat dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai  berikut
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan tentang teknik pemijahanIkan Komet dengan tepat.
2.      Untuk memeperdalam dan dapat memahami secara langsung teknik pemijahan Ikan Komet
3.      Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang akan melaksanakan  pemijahan ikan Komet.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Biologi Ikan Komet (Carrasius auratus)
             Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik.
 Hasil gambar untuk ikan komet
Gambar 1. Ikan komet (Carrasius auratus)
2.2     Taksonomi
             Menurut lingga dan sususanto dalam chui et al (2009) taksonomi ikan antara lain:
          Filum         : Chordata
                                    Kelas         : Pisces
                            Sub kelas   : Teleostei
                                      Ordo          : Ostariphisysoidei
                                             Sub ordo   : Cyprinoidea
                                                         Famili        : Cyprinidae
                                                                  Genus        : Carassius
                                                                            Spesies      : Carassius auratus

2.3       Morfologi
          Menurut Lingga dan Susanto, (2003) Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik.
          Morfologi ikan komet tidak jauh beda dengan morfologi ikan mas. Karakteristik ikan komet masih dapat dibedakan dari karakteristik ikan mas secara umum, meskipun jika didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab itu diluar negeri ikan komet dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Ikan komet sangat aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam bak fiber, tidak dapat bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta membutuhkan filtrasi yang kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak ditemui dengan warna putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga berumur 7 hingga 12.Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik.(Partical Fish Keeping, 2006).

2.4     Habitat dan Penyebaran
          Ikan Komet (Carassius auratus) Menurut Linke (1994) dan Sanford (1995) habitat ikan ini diperairan tawar seperti danau dan rawa, tetapi saat ini sudah banyak dibudidayakan. Perkembangbiakan Ikan komet hidup di daerah tropis, terutama di benua Asia sampai Afrika. Habitat asalnya di daerah perairan dangkal dan berair jernih, seperti daerah persawahan hingga sungai yang bertemperatur 240 - 270C, dengan pH berkisar 6,2 - 7,5 serta tingkat kandungan mineral terlarut dalam air atau kesadahan (hardness) berkisar 5-12dH. Pada umumnya cupang sanggup hidup dan berkembang biak dengan baik pada kisaran pH 6,5 - 7,2 dan hardness berkisar 8,5 - 10 dH. Menurut beberapa teman yang sudah lama membudidayakan ikan air tawar termasuk ikan hias, ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengingat sifak fisik dan kimia pada air, hal-hal tersebut antara lain:

a. Suhu
          Suhu; Ikan akan mengalami kerentanan terhadap penyakit pada suhu yang kurang optimal. Fluktuasi suhu yang terlalu besar akan menyebabkan ikan stress yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan. Secara umum, suhu yang optimal untuk pembudidayaan ikan hias adalah 25 – 32 0C, perubahan suhu yang mendadak sebesar 5 0C dapat menyebabkan ikan stres.
b.  pH (derajat keasaman)
          Keasaman (pH) atau kebasaan (pOH) ; Tingkat keasaaman yang baik untuk budidaya ikan hias adalah 5,5 – 9,0 pH yang tidak optimal berakibat buruk pada ikan yang menyebabkan ikan stress, mudah terserang penyakit sehingga produktivitas dan pertumbuhan rendah.
c.  DO (Oksigen Terlarut)
          Oksigen Terlarut; kandungan oksigen terlarut dalam air atau DO ( Dissolved Oksigen ) harus dipertahankan diatas 5 ppm. Bila kandungan oksigen tetap sebesar 3 atau 4 ppm dalam jangka waktu yang lama, ikan akan malas untuk makan dan pertumbuhannya akan terganggu.
d. Nitrogen (NH3)
          Nitrogen ; Total nitrogen yang utama dalam bentuk amonia yang di hasilkan oleh metabolisme ikan dan ekskresi insang sebagai gas amoniak. Amoniak dapat juga diproduksi dari dekomposisi kotoran organik yang dihasilkan oleh pembusukan bahan organik dari sisa pakan. Amoniak dalam air mempunyai 2 bentuk gas yaitu NH3 atau ion amonium NH4+. Ammonia adalah racun bagi hewan dan dapat menyebabkan iritasi pada insang dan masalah respirasi. Amonia merupakan zat buang terlarut hasil metabolisme ikan oleh perombakan protein, baik dari kotoran ikan sendiri maupun dari sisa pakan. Sisa pakan biasanya akan membusuk sehingga kadar amonia meningkat. Secara kimia, amonia terdiri dari dua bentuk yaitu amonia tidak terionisasi dan amonia terionisasi.
          Nitrit merupakan hasil perombakan protein yang merupakan ikutan dari amonia. Pada air kotor karena populasi ikan terlalu padata biasanya mempunyai kadar nitrit yang tinggi. Kandungan amonia dan nitrit dapat dikurangi ataupun dihilangkan denga cara penggantian air, pemberian aerasi, penguapan, maupun reaksi kimia dengan oksigen. Reaksi amonia dan nitrit dengan oksigen umumnya terjadi karena dibantu oleh bakteri Nitrosomonas sp. Sehingga menjadi bentuk nitrat (NO3) yang tidak beracun. Bakteri Nitrosomonas sp. Akan berkembang sendiri dan berkumpul dan berkoloni pada dinding bak atau bak fiber apabila telah lama digunakan. "Nilai NH3 yang optimum di perairan berkisar pada 0,5 mg/l. Kotoran ikan yang mengendap di dasar bak fiber dapat memperburuk kualitas air oleh karena itu perlu dibersihkan.

2.5     Kebiasaan Hidup
          Kebiasaan hidup di alam Ikan Komet aslinya hidup di sungai, danau, dan lain lambat atau masih menggerakkan tubuh air di kedalaman sampai dengan 20 m. Di habitat aslinya ikan Komet tinggal di iklim subtropis dan lebih suka air tawar dengan pH 6,0 - 8,0, dengan kesadahan air sebesar 5,0 - 19,0, dan rentang temperatur 32-106 F (0 – 41 0C). Makanan ikan Komet terdiri dari krustasea, serangga, dan bahan tanaman. Ikan Komet bertelur pada vegetasi air. Hidup di sungai-sungai, danau, kolam dan saluran dengan air tergenang dan lambat mengalir. Pemakan termasuk tumbuhan, krustasea kecil, serangga, dan detritus. Ikan Komet hidup lebih baik dalam air dingin dan bertelur pada vegetasi terendam. (Rahmad, Dede 2005)
          Ikan Komet merupakan ikan euryhaline yang mampu hidup pada salinitas       17 ppt, tetapi tidak mampu bertahan lama pemaparan diatas 15 ppt Ikan komet yang kita pelihata dikolam dapat kita pijahkan sepanjang tahun tetapi jika ikan komet di alam biasanya memijah setelah musim hujan karena pada saat musim hujan banyak dataran yang terendam air yang telah kering beberapa bulan sehingga merangsang ikan memijah pada tempat yang  tergenang air di sebabkan tempat yang baru di genangi air mengeluarkan bau khas dari dalam tanah sehingga merangsang induk ikan memijah di tempat itu (Anonim, 2009).



2.6     Pertumbuhan Ikan Komet (Carrasius auratus)
          Menurut Effendie, (1979) Pertumbuhan adalah perubahan ukuran ikan baik volume ataupun panjang per satuan waktu. Pertumbuhan ada dua macam yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah pertambahan bobot atau panjang rata-rata pada saat umur tertentu. Sedangkan pertumbuhan relatif adalah perbedaan ukuran pada akhir interval dibagi ukuran pada permulaan interval. Perbandingan antara bobot dan panjang ikan dinyatakan sebagai faktor kondisi yang menggambarkan kegemukan ikan       Pertumbuhan setiap organisme termasuk ikan dapat dianggap berasal dari dua proses yang berlawanan yaitu proses yang pertama cenderung untuk menurunkan energi tubuh yang disebut proses katabolisme dan proses yang kedua cenderung untuk menaikkan energi tubuh yang disebut anabolisme. Pertumbuhan bisa terjadi apabila jumlah pakan yang dicerna melebihi jumlah pakan yang diperlukan untuk mempertahankan hidup dan beraktivitas.
          Pengukuran pertumbuhan dilakukan pada periode tertentu dengan selang waktu yang sama. Biasanya selang waktu tersebut telah diperhitungkan secara baik untuk menghindari faktor - faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas pertumbuhan. Selang waktu yang biasa digunakan ialah 1 minggu, 10 hari, 2 minggu, atau 1 bulan (Djajasewaka, 1990). Pertambahan panjang dan bobot ikan merupakan hasil dari proses pertumbuhan ikan. Ikan akan dapat tumbuh apabila pakan yang diperoleh, baik kualitas maupun kuantitasnya telah melampaui keperluan untuk mempertahankan bobot dan panjangnya (Effendie, 1979).
          Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Sukamsiputro (1988) faktor internal meliputi genetis, jenis kelamin, jenis ikan, umur dan hormon pertumbuhan. Faktor luar yang mempengaruhi adalah kualitas air seperti suhu, O2 terlarut dan CO2 bebas.
          Menurut Huet (1971), pertumbuhan merupakan parameter penting dalam usaha budidaya perikanan. Keberhasilan budidaya perikanan ditunjang oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan dan hal tersebut perlu diperhatikan. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi faktor internal dan faktor ekstemal.
           Faktor internal terdiri dari keturunan, ketahanan terhadap penyakit, kemampuan memanfaatkan pakan dan umur atau ukuran ikan. Faktor ekstemal terdiri dari temperatur, pH, kualitas air, kualitas pakan dan ruang gerak ikan.

2.7     Kebiasaan Makan Ikan Komet (Carrasius auratus)
          Menurut Suyanto, SR. 1991 Pakan merupakan faktor penting dalam pemeliharaan ikan komet. Pakan yang diberikan harus mudah dicerna dan memiliki efisiensi yang tinggi. Pada dasarnya pakan terdiri dari dua jenis yaitu Pakan Alami dan Pakan Buatan., Pakan Alami adalah pakan yang telah tersedia dalam tempat hidup ikan, sedangkan Pakan Buatan adalah pakan yang terdiri dari berbagai campuran bahan yang sudah diolah dengan sedemikian rupa sehingga bentuk alamiah bahan bakunya tidak tampak.
          Makanan ikan Komet terdiri dari krustasea, serangga, dan bahan tanaman. Ikan Komet bertelur pada vegetasi air. Hidup di sungai-sungai, danau, kolam dan saluran dengan air tergenang dan lambat mengalir. Pemakan termasuk tumbuhan, krustasea kecil, serangga, dan detritus. Ikan Komet hidup lebih baik dalam air dingin dan bertelur pada vegetasi terendam. Ikan Komet merupakan ikan euryhaline yang mampu hidup pada salinitas 17 ppt, tetapi tidak mampu bertahan lama pemaparan diatas 15 ppt (Anonim, 2009).
          Selain pakan alami, benih ikan komet juga dapat diberi pakan berupa emulsi kuning telur rebus dan remah pellet pada saat umur 7 sampai 15 hari Pakan dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan yang meliputi pertambahan panjang dan bobot serta untuk menunjang kelangsungan hidup. (Sutisna dan Sutarmanto, 1995).
           Pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan dan jumlah pakan yang diberikan. Banyak sedikitnya pakan yang diberikan dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, baik bobot maupun panjangnya. (Susanto 2002),
          Menurut Kiranarini (1985), ikan yang dipelihara memerlukan pakan yang memiliki gizi tinggi yang terdiri dari protein dengan asam animonya, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral sehingga ikan yang dibesarkan dapat tumbuh dengan baik. Protein yang diserap oleh ikan digunakan untuk pertumbuhan dan merupakan sumber gizi utama untuk semua jenis ikan, sedangkan karbohidrat hanya berfungsi sebagai suplai energi. Ikan membutuhkan lemak sebagai sumber energi dan asam lemak esensial serta memelihara bentuk tubuh. Chumaidi et al, (1990) menyatakan bahwa artemia mengandung protein sebanyak 50-60%. Emulsi kuning telur mengandung protein sebanyak 12,8 % dan pellet tepung mengandung protein sebanyak 27,5 % ( Mujiman, 1985).
          Vitamin dan mineral memegang peranan penting bagi kehidupan organisme akuatik. Vitamin berfungsi untuk pengaturan dalam tubuh, pertumbuhan produksi dan reproduksi, sedangkan mineral memberikan kekuatan pada pembentukan gigi dan tulang, menjaga keseimbangan asam dan basa, penerus sistem syaraf dan dalam berbagai fungsi metabolisme. Berdasarkan kebiasaan makannya ikan komet termasuk dalam jenis omnivora, mencari pakan dibagian permukaan dan pertengahan perairan. Ikan komet biasanya diberi pakan berupa pelet, namun kadang diberi pakan segar seperti wortel selada dan kacang polong. ( Zonneveld et al., 1991)
          Pemberian pakan dua kali sehari, dan dapat pula dilakukan pergantian pakan setiap 2 sampai 4 minggu sekali. Ikan komet dapat dikatakan sehat apabila pergerakannya aktif dan nafsu makannya tinggi. Pemberian pakan untuk larva ikan komet hingga usia enam hari tidak perlu dilakukan, barulah pada usia seminggu larva ikan komet diberi pakan berupa kutu air, kutu air ini meliputi daphnia, cydops dan monia, yakni pakan yang banyak dijual di toko penjual ikan hias dan tersedia banyak empang. Pada umur 20 hari, benih sudah bisa diberi jentik atau atau cacing merah. Pada usia ini pun, benih sudah bisa untuk dijual (Lingga dan Susanto, 2003).

2.8     Pakan dan Pemberian Pakan
          Adapun jenis pakan yang biasa disantap ikan komet yaitu kutu air dan pelet.
1. Kutu Air
          Kutu air merupakan makanan yang paling baik diberikan kepada anak komet  yang sudah menetas setelah kurang lebih 4 hari.Selain itu, ikan komet yang sudah dewasa juga menyukai kutu air jadi baik juga diberikan kepada ikan komet yang sudah dewasa. Kelebihan dari kutu air ialah memiliki sangat banyak protein yang dibutuhkan oleh anak komet dan juga mudah dicerna. Oleh karena itu sangat direkomendasikan jika anak komet diberikan kutu air sebisa mungkin. Kutu air juga tersedia dari alam atau dibeli di pedagang ikan. Namun kutu air tidak selalu tersedia di alam, budidayanya pun cukup sulit sehingga harganya cukup mahal dipasaran. Contoh kutu air adalah moina dan daphnia. Pemberian pakan tambahan diperlukan setelah 15 hari pemeliharaan. Memasuki pemeliharaan 15 hari kedua harus ada aliran air masuk, agar kebersihan air selalu terjaga apalagi setelah pakan tambahan mulai diberikan. Karena pakan dapat membuat air menjadi kotor (Lingga dan Heru 2003).
2. Pelet
          Ikan komet tidak tergolong sebagai ikan yang rakus. Namun biar lebih gampang mendapatkannya, berikan saja sedikit pellet ikan yang banyak dijual di pasaran. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan secara bertahap - tahap, yaitu menunggu sampai pakan sebelumnya habis baru berikan pakan berikutnya. Dengan demikian ikan tetap merasa kenyang dan kebersihan air pun dapat dipertahankan. (Lingga dan Heru 2003).

2.9     Reproduksi
          Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan komet aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air seperti eceng gondok atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.  Sifat telur ikan Komet adalah menempel pada substrat. Telur ikan Komet berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5 - 1,8 mm, dan berbobot 0,17 - 0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. (Gursina, 2008).
          Antara 2 - 3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan Komet mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2 - 4 hari. Larva ikan Komet bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan Komet memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya. Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram. Proses reproduksi pada sebagian besar ikan hias, pada umumnya berlangsung melalui pembuahan telur yang terjadi di luar tubuh ikan. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. Cara reproduksi demikian dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh induk ikan (Goernaso, 2005).

2.10     Siklus Hidup Ikan Komet (Carrasius auratus)
          Siklus hidup ikan Komet dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan Komet dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun,di habitat aslinya, ikan Komet sering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air (Anonim, 2009).

2.11 Pembenihan ikan komet (Carrasius auratus)
2.11.1 Seleksi induk
          Untuk mengetahui induk ikan komet yang matang gonad, salah satu cara yang digunakan adalah seleksi induk. Berdasarkan hasil pengamatan ciri-ciri yang terdapat pada induk jantan yaitu pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar, Induk yang telah matang jika diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih. Sedangkan ciri - ciri pada induk betina yaitu ada sirip dada terdapat bintik - bintik dan terasa halus jika diraba, Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahan - merahan. (Effendi 2002).
2.11.2     Pemijahan
          Tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah kebersamaan dengan pengeluaran produk seksual, ada ikan yang melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau betina kedalam sarang dan tumbuh - tumbuhan. Induk ikan komet yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan perbandingan 2 : 3 ( ♀ : ♂). Induk ini kemudian dimasukkan dalam bak fiber yang sudah diisi air dan dilengkapi dengan eceng gondoksebagai substrat. Proses pemijahannya yaitu induk betina mengeluarkan sel telur dari ovari selanjutnya induk jantan mengeluarkan sperma dari testis, sehingga terjadi pembuahan diluar tubuh induk ikan komet. Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hari tanggal 9 Oktober  hingga waktu dini hari tanggal 10 Oktober 2016.  Telur-telur yang dihasilkan setelah proses pemijahan tersebut akan menempel pada substrat eceng gondok. Induk ikan komet diangkat atau dikeluarkan dari dalam fiber dengan tujuan agar induk tidak memakan telurnya sendiri. (Effendi, 2002).
2.11.3     Penetasan telur
          Setelah ikan komet memijah, telur-telurnya dipindahkan keaquarium penetasan yang telah disiapkan. Telur-telur yang menempel pada substrat diangkat secara perlahan dari bak induknya kemudian dimasukkan kedalam bak penetasan telur, beri metilin blue agar telur tersebut tidak berjamur. Kemudian diaerasi secukupnya, telur ikan komet akan menetas setelah 2 - 3 hari. Menurut Effendi (2002).
2.11.4      Pemeliharaan larva
          Larva - larva ikan yang baru menetas akan tetap menempel pada tanaman air atau dinding dan dasar wadah walaupun pada dasarnya mereka sudah bisa berenang. Pada saat ini ikan tidak perlu diberi makan karena mereka masih memiliki cadangan makanan yang tersimpan dalam yolk sack (kantong kuning telurnya). Saat sudah dapat berenang bebas (walaupun masih terbatas), tanaman air dapat dikeluarkan atau larva - larva tersebut dapat dipindahkan ke tempat khusus pembesaran (kalau diperlukan) dan dapat diberi makan. Perlu diperhatikan bahwa tempat pembesaran jangan terlalu besar dan air di dalamnya jangan terlalu banyak serta diberi aerasi kecil. Pengaturan kepadatan larva ikan bertujuan agar larva ikan tersebut tidak kesulitan memperoleh makanan yang diberikan. Pakan yang paling mudah diperoleh yaitu pelet ikan yang sudah dihaluskan walaupun agak repot menggerusnya sampai menjadi tepung seukuran mulut anak ikan komet. Lebih baik pelet halus tersebut diberikan sedikit (secukupnya) tetapi sering daripada banyak tetapi tidak termakan dan mencemari air. Jangan lupa kotoran dan sisa - sisa makanan yang tidak termakan  dalam wadahnya disipon secara rutin agar kualitas air tetap terjaga.

2.12   Hama dan Penyakit
          Adapun jenis hama dan penyakit pada ikan komet antara lain:  
1. Cacing jangkar
          Disebut cacing jangkar karena pada bagian kepalanya terdapat alat yang menyerupai jangkar. Dengan jangkar ini binatang tersebut dapat menempelkan dirinya ke tubuh ikan. Cacing jangkar (Lernea sp.) menempel keras dan menghisap cairan tubuh ikan sehingga bagian tubuh yang tertusuk akan mengalami luka dan pembengkakan. Luka pada tubuh dapat menyebabkan terinfeksi penyakit lain.
Gejala yang ditimbulkan yaitu Tubuh ikan menjadi kurus, Luka atau pembengkakan bagian tubuh, Cacing jangkar dewasa yang menempel di tubuh ikan akan terlihat dengan mata telanjang. Untuk mengobati dan memberantas jenis penyakit ini adalah rendam ikan dalam larutan tetrasiklin 250 miligram / 500 liter air selama 2 - 3 jam.Ulangi perendaman selama 3 - 4 hari berturut - turut. Apabila ada cacing yang menempel, potong tubuhnya kemudian dibakar. (Khordi, 2004).
2. Kutu Ikan
          Kutu Ikan mempunyai bentuk oval atau bulat pipih dan berwarna bening. Kutu ikan mempunyai alat yang dapat digunakan untuk mengaitkan tubuhnya pada insang, kulit, sirip, dan menghisap sari makanan dari tubuh ikan. Kutu ikan atau Argulus indicus tidak menyebabkan kematian pada ikan. tetapi lama-kelamaan ikan akan menjadi kurus dan lemah, sehingga akan mudah terserang penyakit oleh parasit lain. Kait kutu ikan dapat menimbulkan lubang kecil yang dapat menyebabkan infeksi. Gejala-gejala yang ditimbulkan yaitu Tubuh ikan menjadi kurus, Gerakannya lemah bekas gigitannya terlihat berwarna kemerahan, bila dalam jumlah banyak akan terlihat disekitar insang dan sirip ikan. Untuk mengobati dan memberantas jenis penyakit ini, lakukan tindakan-tindakan berikut : Buat Larutan Permanganat Kalium (PK) 1,5 sendok teh PK dicampur dengan 1000 liter air. Rendam ikan selama 30 - 60 menit, Ulangi 3 - 4 hari bila ikan belum sembuh total. (Khordi, 2004).


METODOLOGI

3.1  Waktu dan Tempat        
             Praktikum pemijahan pada ikan komet dilaksanakan pada tanggal  22 Agustus – 22 Oktober 2016. Bertempat di Balai Riset Air Tawar Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah.

3.2     Alat dan Bahan
          Adapun alat yang digunakan selama praktek kerja lapangan pembenihan ikan komet (Carrasius auratus) dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
No.
Alat
Kegunaan
1.
Bak fiber
Wadah pemeliharaan induk dan larva
2.
Terpal
Wadah  pemijahan
3.
Serok
Untuk mengambil kutu air
4.
Kamera
Dokumentasi
5.
Alat tulis
Untuk mencatat kegiatan penelitian
6.
Blower
Suplai oksigen dalam air
7.
Selang sipon
Membersihkan kotoran dalam wadah
8.
Termometer
Mengukur suhu air

   Sumber data primer 2016





      Adapun bahan – bahan yang digunakan selama Praktek Kerja Lapangan pembenihan ikan komet (Carrasius auratus) dapat dilihat di tabel 2 dibawah ini.
No
Bahan
Kegunaan
1
 Induk  komet betina
Menghasilkan telur
2
Induk komet jantan
Menghasilkan sperma
3
Takari, dan daphnia (kutu air)
Pakan induk, pakan larva
4
Methylene blue
Untuk mengobati induk yang luka
5
Air tawar
Media hidup ikan koki
6
 Kuning telor
Pakan untuk burayak
7
Tumbuhan air (eceng gondok)
Substrat untuk menempelnya telur

   Sumber data primer 2016

3.3  Cara Kerja
3.3.1   Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan dalam praktikum pembenihan ikan komet ini adalah Bak Fiber. Sebelum digunakan, bak fiber terlebih dahulu dibersihkan dengan cara mencuci bak fiber menggunakan sabun detergen selanjutnya di bersihkan  menggunakan spon agar bak fiber tidak mengandung jamur yang  dapat menimbulkan infeksi pada ikan komet pada saat dipijahkan. Selanjutnya bak fiber dicuci menggunakan air bersih secara berulang agar semua kotoran yang menempel di bak fiber menjadi hilang. Kemudian dikeringkan. Taruh ditempat yang kering tapi jangan  pada panas matahari langsung. Selanjutnya dilakukan pengisian air ke dalam bak fiber sebanyak ¾ dari tinggi bak fiber. Ditambahkan substrat eceng gondok didalam bak fiber yang berfungsi sebagai tempat meletakkan telur ikan komet setelah melakukan pemijahan pemberian substrat berupa tanaman air biasanya dilakukan untuk memudahkan proses pemijahan yang dilakukan oleh ikan hias, yang berfungsi sebagai tempat menempelkan telur, tempat bercengkrama dan tempat persembunyian.  

3.3.2   Seleksi Induk
Untuk mengetahui induk ikan komet yang matang gonad, salah satu cara yang digunakan adalah seleksi induk. Berdasarkan hasil pengamatan ciri - ciri yang terdapat pada induk jantan yaitu pada sirip dada terdapat bintik - bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar, Induk yang telah matang jika diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih. Sedangkan ciri - ciri pada induk betina yaitu ada sirip dada terdapat bintik - bintik dan terasa halus jika diraba, Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahan - merahan.
3.3.3   Pemijahan
Tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah kebersamaan dengan pengeluaran produk seksual, ada ikan yang melakukan sentuhan pada bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau betina kedalam sarang dan tumbuh - tumbuhan
Induk ikan komet yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan perbandingan 2 : 3 ( ♀ : ♂). Induk ini kemudian dimasukkan dalam bak fiber yang sudah diisi air dan dilengkapi dengan eceng gondok sebagai substrat. Proses pemijahannya yaitu induk betina mengeluarkan sel telur dari ovari selanjutnya induk jantan mengeluarkan sperma dari testis, sehingga terjadi pembuahan diluar tubuh induk ikan komet. Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hari hingga waktu dini hari pada pukul 05.00.  Telur yang dihasilkan setelah proses pemijahan tersebut akan menempel pada substrat eceng gondok. Induk ikan komet diangkat atau dikeluarkan dari dalam kolam dengan tujuan agar induk tidak memakan telurnya sendiri.



HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1     Keadaan Umum Balai Riset Air Tawar, Tukka.
          Balai riset air tawar sekolah tinggi perikanan sibolga mengalami banyak perubahan mulai dari awal balai ini dibangun hingga sekarang. Balai Riset Air Tawar Sibolga pada awalnya berdiri pada tahun 2014. Pada awal berdirinya masih seperti perkebunan dan pertanian karena lokasinya yang jauh dari kota, dan tepat dibawah kaki gunung. Namun pada tahun 2015 Balai Riset ini mulai berkembang hingga sekarang ini.

Gambar 2 Lokasi balai riset air tawar Sekolah Tinggi Perikanan desa Rawang, Tukka.

Balai Riset Air Tawar Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga terletak di Desa Rawang, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Balai riset sekolah tinggi perikanan sibolga berada di daerah basah yang beriklim tropis. Luas seluruh areal Balai Riset air tawar sibolga 100 m x 25 m yang terdiri atas kolam tanah, kolam semi - intensif, kolam terpal, kolam larva, kolam pemijahan, gudang pakan dan asrama karyawan. Untuk sumber air disalurkan dari mata air langsung dari kaki gunung  Desa Rawang.
Balai Riset Air Tawar Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga merupakan unit pelatihan (praktek) mahasiswa Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga maupun instansi yang berkaitan dengan kegiatan perikanan. Adapun tugas pokok dari Balai Riset Air Tawar Sibolga adalah sebagai tempat:
1.        Pengujian standar pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar
2.        Pengujian alat - alat yang digunakan dalam pembenihan ikan air tawar
3.        Pelaksanaan bimbingan penerapan standar pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar
4.        Pengawasan pembenihan, pembudidayaan ikan serta pengendalian hama dan penyakit air tawar.
4.2     Sumber Air dan Pengolahan Kualitas Air
          Air sebagai sumber daya adalah air yang dibutuhkan oleh semua kehidupan, baik tumbuhan, mikroorganisme maupun manusia. Agar tetap dapat kita pakai air harus dijaga supaya tidak tercemar, karena sifat air yang mudah berubah baik dari segi bentuk, ukuran dan rasa warna dari lingkungannya yang mempengaruhinya, apa lagi jika lingkungan yang tercemar maka air juga akan mudah sekali tercemar. Dan air yang digunakan sebagai media dalam pemijahan ini adalah Air sungai. Karena tempat ini banyak terdapat aliran Sungai banyak terdapat yang berhulu di daerah pegunungan.

4.3                                                       Teknik  Pemijahan Ikan Komet
4.3.1 Seleksi Induk
          Untuk mengetahui induk ikan komet yang matang gonad, salah satu cara yang digunakan adalah seleksi induk. Berdasarkan hasil pengamatan ciri - ciri yang terdapat pada induk jantan yaitu pada sirip dada terdapat bintik - bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar, Induk yang telah matang jika diurut pelan ke arah lubang genital akan keluar cairan berwarna putih. Sedangkan ciri-ciri pada induk betina yaitu ada sirip dada terdapat bintik - bintik dan terasa halus jika diraba, Jika diurut, keluar cairan kuning bening. Pada induk yang telah matang, perut terasa lembek dan lubang genital kemerahan - merahan.

Gambar 3: Seleksi & Induk Ikan Komet yang mau dipijahkan.

4.3.2  Persiapan Wadah
             Wadah yang digunakan dalam praktikum pembenihan ikan komet ini adalah Bak Fiber. Sebelum digunakan, bak fiber terlebih dahulu dibersihkan dengan cara mencuci bak fiber menggunakan sabun detergen selanjutnya di gosok-gosok menggunakan spon agar bak fiber bersih sempurna. Selanjutnya bak fiber dicuci menggunakan air bersih secara berulang agar semua kotoran yang menempel di bak fiber menjadi hilang. Kemudian dikeringkan agar bebas dari bakteri dan mikroorganisme yang menempel pada dinding-dinding bak fiber. Selanjutnya dilakukan pengisian air ke dalam bak fiber sebanyak ¾ dari tinggi bak fiber. Ditambahkan substrat eceng gondokdidalam bak fiber yang berfungsi sebagai tempat meletakkan telur ikan komet setelah melakukan pemijahan. pemberian substrat berupa tanaman air biasanya dilakukan untuk memudahkan proses pemijahan yang dilakukan oleh ikan hias, yang berfungsi sebagai tempat menempelkan telur, tempat bercengkrama dan tempat persembunyian.

Gambar 4:  Persiapan Wadah untuk Pemijahan Ikan Komet
4.3.3                Pemijahan
          Tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah kebersamaan dengan pengeluaran produk seksual, ada ikan yang melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau betina kedalam sarang dan tumbuh-tumbuhan.
          Induk ikan komet yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan perbandingan 2 : 3 ( ♀ : ♂). Induk ini kemudian dimasukkan dalam bak fiber yang sudah diisi air dan dilengkapi dengan eceng gondoksebagai substrat. Proses pemijahannya yaitu induk betina mengeluarkan sel telur dari ovari selanjutnya induk jantan mengeluarkan sperma dari testis, sehingga terjadi pembuahan diluar tubuh induk ikan komet. Pemijahan ikan komet berlangsung pada malam hari hingga waktu dini hari pada pukul 05.00.  Telur-telur yang dihasilkan setelah proses pemijahan tersebut akan menempel pada substrat eceng gondok . Induk ikan komet diangkat atau dikeluarkan dari dalam fiber dengan tujuan agar induk tidak memakan telurnya sendiri.
4.3.4 Penetasan Telur
            Setelah ikan komet memijah, telurnya dipindahkan keaquarium penetasan yang telah disiapkan. Telur yang menempel pada substrat diangkat secara perlahan dari bak induknya kemudian dimasukkan kedalam bak penetasan telur, beri metilin blue agar telur tersebut tidak berjamur. Kemudian diaerasi secukupnya, telur ikan komet akan menetas setelah 2 - 3 hari.
4.3.5 Pemeliharaan larva
          Pembenihan adalah teknik memelihara ikan komet berikutnya. Wadah yang digunakan untuk pembibitan haruslah wadah yang telah dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1 - 2 hari. Hal ini bertujuan untuk membunuh bibit  parasit. Larutkan pupuk yang berasal dari kotoran ayam dengan air sampai larut. Setelah dua hari, bibit mulai ditanam dan dibiarkan selama lima hari agar tumbuh dan berkembang biak. Setelah 5 hari, larva komet dipindahkan ke wadah untuk pemeliharaan. Pakan tambahan diberikan setelah 15 hari pemeliharaan. Setelah genap 1 bulan, akan terlihat bentuk asli dari anak komet tersebut. Penyeleksian dilakukan dengan menentukan ikan komet yang memiliki bentuk sama dengan induknya. Ikan komet yang tidak sesuai dengan bentuk induknya bisa disingkirkan.
4.3.6  Penyakit
Penyakit kutu ikan disebabkan oleh Argulus sp., sehingga penyakitnya biasa disebut argulosis. Argulus sp. merupakan ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan. Parasit ini termasuk kelas Crustacea. Argulus berbentuk pipih dan pada bagian dorsal dilindungi oleh karapas yang menutupi hampir seluruh bagian tubuhnya. Secara keseluruhan susunan tubuh argulus sangat cocok untuk sifat hidupnya sebagai parasit. Ia juga dapat menyesuaikan kekuatan cengkeramannya dengan kecepatan gerak ikan. Argulus menyerang hampir semua jenis ikan air tawar baik ikan konsumsi maupun ikan hias. Ia menggigit inangnya dengan rahang, kemudian melepaskan sengat pada luka gigitan agar tidak terjadi pembekuan darah. Akibat dari serangan argulus adalah terjadinya penurunan berat badan, bahkan menyebabkan kematian pada ikan berukuran kecil. Penanggulangan penyakit argulosis dapat dilakukan secara mekanis atau dengan sikat yang halus.
Penyakit yang menyerang ikan komet disebabkan oleh parasit yaitu penyakit Lerneasis dan penyakit kutu ikan. Jenis Lernea banyak ditemukan menyerang ikan air tawar adalah Lernea cyprinacea. Ikan komet termasuk salah satu jenis ikan hias air tawar. Lernea cyprinacea yaitu sejenis udang renik yang berbentuk bulat panjang seperti cacing. Pada bagian kepalanya terdapat organ yang menyerupai jangkar, sehingga organisme ini dikenal dengan sebutan cacing jangkar Dengan perantaraan organ ini cacing jangkar menempelkan dirinya ke tubuh ikan. Hampir semua jenis ikan air tawar terserang parasit Lernea terutama pada saat pembenihan atau pendederan. Penanggulangan cacing jangkar dilakukan dengan melakukan pengeringan kolam, menyaring air sebelum dialirkan ke kolam, menggunakan bahan kimia untuk membasminya.



KESIMPULAN DAN SARAN

          Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1.        Wadah yang digunakan dalam pembenihan Ikan Komet (Carrasius auratus) adalah bak fiber  dan ditambahkan substrat berupa eceng gondok sebagai tempat penempelan telur.
2.        Induk jantan memiliki ciri - ciri yaitu apabila diurut ke arah lubang genitalnya akan keluar cairan berwarna putih, sedangkan induk betina akan mengeluarkan cairan berwarna kuning bening.
3.        Pada proses pemijahan digunakan perbandingan 2 : 3 yaitu 2 ekor induk jantan dan 3 ekor induk betina. Proses tersebut berlangsung pada malam hari.
4.        Jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan komet (Carrasius auratus) adalah 300 butir telur.
5.        Pada saat pemeliharaan larva diberikan makanan berupa kuning telur ayam yang direbus ketika larva berusia 3 hari.
6.        Air yang digunakan untuk bak fiber ikan komet memiliki tingkat keasaman (pH) 6 - 7 dan suhu 22 - 260C.
7.        Penyakit yang menyerang ikan komet (Carassius auratus) adalah penyakit Lerneasis dan penyakit kutu ikan yang disebabkan oleh Argulus sp. Dari hasil pratikum dapat disimpulkan bahwa ikan komet termasuk ikan yang mudah dibudidayakan, namun dalam melakukan pemeliharaan larva perlu dilakukan secara teliti dan hati - hati kerena fase larva pada ikan merupakan fase yang paling kritis.




DAFTAR PUSTAKA


Afrianto, E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. 2002. Molecular Biology of The Cell. Garland Science NCBI Books. London.
Anonim. 2004. Jumlah Telur Pada Ikan Hias. http://www.blogfish.com. Diakses tanggal 2 Desember 2011.
Anonim. 2011. Ikan Komet (goldfish). http://www.aqufish.net/show.php?h=goldfish1. Diakses tanggal 30 November 2011. 
Anonim. 2009. Pembenihan Ikan Komet (Carassius auratus).
http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/31/teknik-pemijahan-ikan-komet/. Diakses tanggal 30 November 2011.
Effendie. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Goernaso, 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka. Jakarta.
Kordi, Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Lingga dan Susanto. 2003. Klasifikasi Ikan Komet (Carassius auratus). Agromedia. Jakarta.
Partical Fish Keeping. 2006. Biologi Ikan Hias. Agromedia. Jakarta.
Rahmad, Dede. 2005. Budidaya Ikan Komet. http://www.Dederintit..blogspot.com/budidaya-ikan-hias-komet. Diakses tanggal 30 November 2011.
Suyanto, SR. 1991. Budidaya Ikan Hias. Penebar Swadaya.Jakarta.
Tucker, C.S and Hargreaves, J.A., 2004. Biology and Culture of Channel Catfish. Elsevier. B.V. Amsterdam.
Zairin.M.J. 2002. Sex Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan dan Betina. Penebar Swadaya. Jakarta.










LAMPIRAN








Lampiran I LokasiBalai Riset Air Tawar Sekolah Tinggi Perikanan Sibolga,   Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah.


Lampiran II Alat & BahanSelama Proses Pemijahan Ikan Komet
Ø  Alat




Ø  Bahan


Lampiran III Obat Ikan yang Digunakan Selama proses Pemijahan
           Methylene Blue          Aquaries           Acriflavine Plus      Penjernih Air
Lampiran IV Larva  ikan komet yang dihasilkan



Komentar